Selasa, 28 April 2015

Ksatria Ranah Patriot

Karya : M Zuhdan

Duar!
Dentum meriam menggemuruh
Semesta Ranah Patriot riuh ricuh
Pribumi berjuang, mati, cacat, lumpuh
Bekasi, bak dihantam angin puyuh

Kelam..
Di tengah hawa yang suram
Berpulanglah pria dari Tanah Haram
Bagai pelita dalam gelap malam
Tuk gempur penjajah fasik, lagi kejam

Sang Kyai!
Bung Tomo menyebut namanya
Penjajah takut akan dirinya
Gentar dan gemetar kepadanya
Bersama Hizbullah dan para santrinya

Perih..
Darah, nanah, nanar, dan luka
Terlukis pada tiap pahlawan kita
Namun mereka tetap gigih menjaya
Di bawah pimpinan Sang Ksatria

Allahu Akbar!
Takbir menggaung menggema
Melesat ke kolong langit nusantara
Penghuni langit pun mendengarnya
Pembakar semangat para syuhada

Belut Putih!
Jasamu takkan pernah terganti
Dia berjuang berkorban diri
Demi kata ‘merdeka’ tuk negeri
Khususnya ranah kita bersama, Bekasi

Engkau!
Singa Karawang Bekasi, Julukanmu!
Tersohor di manapun, Asmamu!
Langit bumi mengenal dirimu!
Aku bisa Tegak di sini, Karenamu!

Dan..
Kini kutuntutlah ilmu
Ku goreskan penaku ke atas buku
Ku gali apa yang tak kutahu
Demi meneruskan perjuanganmu

Kyai Haji Noer Alie, Pahlawanku

Sabtu, 27 September 2014

Teks Anekdot : Makin Banjir

Oleh: Mumsikuddiin Zuhdan


Alkisah, terjadi banjir di kecamatan Los Angles. David dan Beckham sedang duduk sembari bercengkrama di sebuah gubuk tua, yang terombang ambing di atas banjir

David        : “ Bro, mau ngomong , boleh ya..”
Beckham   : “ Silakan..”
David        : “Camat sekarang, si Enrique malah memperburuk keadaan ya, dulu banjir,
                    sekarang makin banjir.. ah! Pusing!” (melontarkan sebuah kaleng fanta rasa stroberi
                    kosong ke arus banjir)
Beckham   : “ Eh, jelek, udah jelas jelas sekarang banjir, masih aja buang sampah
                     sembarangan”
David        : “ Persetan, camatnya dulu tuh benerin, lagipula udah terlanjur banjir ini!”

Kamis, 03 April 2014

Raja Hutan


“Aransemen” dari soal cerita US 2014

Pada suatu ketika di hijaunya savana, Binatang binatang makan bersama, lahap rumput hijau muda, canda tawa penuh makna. Terlihat seekor panther di dealer Isuzu. Terlihat juga seekor harimau. Ia sedang mengintai buruannya. Sebenarnya sih, ia belum memutuskan pilih yang mana.

Dia melihat si Kancil. Namun, ia tak mau memburu kancil karena kapok ditipu. Tersisa pilihan Kijang dan Zebra. “aum aum aum aum aumaum aum aumaumaum” [Indonesia : Tang ting tung yang mana yang beruntung]. Ia menjatuhkan pilihan pada seekor kijang yang terpisah dari kawanannya.

Pict From google
“Baiklah, dalam hitungan 3, kuterkam dia” ujar harimau dalam hati. “3.. 2.. 1.. AUUM!!” Harimau menyergap, namun kijang lari sekuat tenaga. Merekapun melakukan perbuatan yang sama untuk hal berbeda; berlari. Kijang terpojok. terlihat liur harimau yang memancur ke bawah. “Akulah sang raja hutaan!!” Teriak kijang dengan tiba tiba.”Akulah Raja hutan!” balas harimau. “Tak percaya? Ikut aku” balas lagi kijang. “Beraninya kau menyuruhku, tapi, tak apalah. Nah, kalau ternyata akulah raja hutan yang sebenarnya, langsung kumakan kau. ” ujar harimau sembari melepas penat setelah bermain maung maungan dengan kijang.
Pict from google

Mereka beranjak dari tempat itu dan menuu zebra. Zebra melihat kijang dan harimau yang datang ke arahnya. “Aihihihihihiahaha Aihihihihihiahaha Aihihihihihiahaha Aihihihihihiahaha” [Indonesia: Emaak!] teriak zebra yang langsung ngacir dari mereka.  Mereka juga mendatangi badak yang nampaknya sedang bersiap diri untuk unjuk gigi membintangi iklan larutan penyegar. Ia langsung beranjak dengan secepat yang ia mampu.  Ia meninggalkan secarik kertas yang bertuliskan “Tidak ada badak, tidak baik”. Lalu, mereka menghampiri monyet. Tanpa sepatah kata apapun, monyet segera ngacir ke arah barat. Mungkinkah ia mencari kitab suci di barat? Ah, sudahlah.

“Bagaimana, masih ragu kalau aku raja hutan?” kata kijang. “Ti.. tidak..” balas harimau. Harimau pun meninggalkan kijang. Akhirnya kijang pun selamat sentosa aman nyaman terkendali.



Selesai.

Senin, 31 Maret 2014

Belum ulangtahunku

Oleh: Mumsikuddiin Zuhdan

Ku kira, hari ini adalah ulangtahunku,aku pun berharap ada yang memberiku hadiah yang kuidam-idamkan, Bintang Tujuh. 5.30; Ku buka mataku. Tak ada hadiah yang langsung muncul di depan mata, layaknya di film. 10.00; masih belum ada satupun hadiah yang kuterima. 15.00; masih nihil. 19.45; AH! Tak kusangka, Ultahku besok, itu kuketahui setelah kumelirik kalender partai PDIP yang terpajang di kamarku. Malamnya, kutulis itu semua dalam diaryku. Kuberi judul “Belum ulangtahunku”. Selagi  aku bahagia, kuceritakan apa yang aku tulis di diary. Seperti inilah apa yang kutulis:

Belum ulangtahunku

Ku kira, hari ini adalah ulangtahunku,aku pun berharap ada yang memberiku hadiah yang kuidam-idamkan, Bintang Tujuh. 5.30; Ku buka mataku. Tak ada hadiah yang langsung muncul di depan mata, layaknya di film. 10.00; masih belum ada satupun hadiah yang kuterima. 15.00; masih nihil. 19.45; AH! Tak kusangka, Ultahku besok, itu kuketahui setelah kumelirik kalender partai PDIP yang terpajang di kamarku. Malamnya, kutulis itu semua dalam diaryku. Kuberi judul “Belum ulangtahunku”. Selagi  aku bahagia, kuceritakan apa yang aku tulis di diary. Seperti inilah apa yang kutulis:

Belum ulangtahunku

Ku kira, hari ini adalah ulangtahunku,aku pun berharap ada yang memberiku hadiah yang kuidam-idamkan, Bintang Tujuh. 5.30; Ku buka mataku. Tak ada hadiah yang langsung muncul di depan mata, layaknya di film. 10.00; masih belum ada satupun hadiah yang kuterima. 15.00; masih nihil. 19.45; AH! Tak kusangka, Ultahku besok, itu kuketahui setelah kumelirik kalender partai PDIP yang terpajang di kamarku. Malamnya, kutulis itu semua dalam diaryku. Kuberi judul “Belum ulangtahunku”. Selagi  aku bahagia, kuceritakan apa yang aku tulis di diary. Seperti inilah apa yang kutulis:

Belum ulangtahunku

Ku kira, hari ini adalah ulangtahunku,aku pun berharap ada yang memberiku hadiah yang kuidam-idamkan, Bintang Tujuh. 5.30; Ku buka mataku. Tak ada hadiah yang langsung muncul di depan mata, layaknya di film. 10.00; masih belum ada satupun hadiah yang kuterima. 15.00; masih nihil. 19.45; AH! Tak kusangka, Ultahku besok, itu kuketahui setelah kumelirik kalender partai PDIP yang terpajang di kamarku. Malamnya, kutulis itu semua dalam diaryku. Kuberi judul “Belum ulangtahunku”. Selagi  aku bahagia, kuceritakan apa yang aku tulis di diary. Seperti inilah apa yang kutulis:

Belum ulangtahunku

Ku kira, hari ini adalah ulangtahunku,aku pun berharap ada yang memberiku hadiah yang kuidam-idamkan, Bintang Tujuh. 5.30; Ku buka mataku. Tak ada hadiah yang langsung muncul di depan mata, layaknya di film. 10.00; masih belum ada satupun hadiah yang kuterima. 15.00; masih nihil. 19.45; AH! Tak kusangka, Ultahku besok, itu kuketahui setelah kumelirik kalender partai PDIP yang terpajang di kamarku. Malamnya, kutulis itu semua dalam diaryku. Kuberi judul “Belum ulangtahunku”. Selagi  aku bahagia, kuceritakan apa yang aku tulis di diary. Seperti inilah apa yang kutulis:

Belum ulangtahunku


Ku kira, hari ini adalah ulangtahunku,aku pun berharap ada yang memberiku hadiah yang kuidam-idamkan, Bintang Tujuh. 5.30; Ku buka mataku. Tak ada hadiah yang langsung muncul di depan mata, layaknya di film. 10.00; masih belum ada satupun hadiah yang kuterima. 15.00; masih nihil. 19.45; AH! Tak kusangka, Ultahku besok, itu kuketahui setelah kumelirik kalender partai PDIP yang terpajang di kamarku. Malamnya, kutulis itu semua dalam diaryku. Kuberi judul “Belum ulangtahunku”. Selagi  aku bahagia, kuceritakan apa yang aku tulis di diary. Seperti inilah apa yang kutulis:

Belum ulangtahunku


Ku kira, hari ini adalah ulangtahunku,aku pun berharap ada yang memberiku hadiah yang kuidam-idamkan, Bintang Tujuh. 5.30; Ku buka mataku. Tak ada hadiah yang langsung muncul di depan mata, layaknya di film. 10.00; masih belum ada satupun hadiah yang kuterima. 15.00; masih nihil. 19.45; AH! Tak kusangka, Ultahku besok, itu kuketahui setelah kumelirik kalender partai PDIP yang terpajang di kamarku. Malamnya, kutulis itu semua dalam diaryku. Kuberi judul “Belum ulangtahunku”. Selagi  aku bahagia, kuceritakan apa yang aku tulis di diary. Seperti inilah apa yang kutulis:

Belum ulangtahunku


Ku kira, hari ini adalah ulangtahunku,aku pun berharap ada yang memberiku hadiah yang kuidam-idamkan, Bintang Tujuh. 5.30; Ku buka mataku. Tak ada hadiah yang langsung muncul di depan mata, layaknya di film. 10.00; masih belum ada satupun hadiah yang kuterima. 15.00; masih nihil. 19.45; AH! Tak kusangka, Ultahku besok, itu kuketahui setelah kumelirik kalender partai PDIP yang terpajang di kamarku. Malamnya, kutulis itu semua dalam diaryku. Kuberi judul “Belum ulangtahunku”. Selagi  aku bahagia, kuceritakan apa yang aku tulis di diary. Seperti inilah apa yang kutulis:

Belum ulangtahunku


Ku kira, hari ini adalah ulangtahunku,aku pun berharap ada yang memberiku hadiah yang kuidam-idamkan, Bintang Tujuh. 5.30; Ku buka mataku. Tak ada hadiah yang langsung muncul di depan mata, layaknya di film. 10.00; masih belum ada satupun hadiah yang kuterima. 15.00; masih nihil. 19.45; AH! Tak kusangka, Ultahku besok, itu kuketahui setelah kumelirik kalender partai PDIP yang terpajang di kamarku. Malamnya, kutulis itu semua dalam diaryku. Kuberi judul “Belum ulangtahunku”. Selagi  aku bahagia, kuceritakan apa yang aku tulis di diary. Seperti inilah apa yang kutulis:

Belum ulangtahunku


Ku kira, hari ini adalah ulangtahunku,aku pun berharap ada yang memberiku hadiah yang kuidam-idamkan, Bintang Tujuh. 5.30; Ku buka mataku. Tak ada hadiah yang langsung muncul di depan mata, layaknya di film. 10.00; masih belum ada satupun hadiah yang kuterima. 15.00; masih nihil. 19.45; AH! Tak kusangka, Ultahku besok, itu kuketahui setelah kumelirik kalender partai PDIP yang terpajang di kamarku. Malamnya, kutulis itu semua dalam diaryku. Kuberi judul “Belum ulangtahunku”.


Selesai.